Memahami Deklarasi US-China di COP26 Glasgow Melalui Game Theory

“Biden are you down, down, down, down, down? Even if the sky is falling down.”

Kanzia Rahman
7 min readDec 6, 2022
Lintao Zhang | Reuters

Tidak, tidak keduanya hadir dalam COP26. Foto Xi Jinping dan Joe Biden berjabat tangan ini diambil pada tahun 2013, saat itu Biden masih menjadi Wakil Presiden untuk Amerika Serikat. Xi Jinping absen dalam pagelaran COP26 lantaran alasan sakit dan fase penyembuhan yang sedang dijalaninya.

Kendati demikian, sebuah terobosan terjadi pada COP26 tahun 2021 lalu. China dan Amerika Serikat pada tahun 2016 merupakan negara-negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar, respectively.

Statista. (https://www.statista.com/statistics/270499/co2-emissions-in-selected-countries/)

Kendati demikian, mari kita melihat ke belakang dan mengambil helicopter view tentang perubahan iklim, COP, dan game theory.

Krisis Iklim adalah….
masalah yang serius bagi masyarakat dunia.

Permukaan bumi kita menunjukkan perubahan sejak 1800 yang dipicu oleh revolusi industri, membawa perubahan temperatur permukaan bumi ke angka 0.84°C dari 0 di tahun 1850. Para ilmuwan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) pada tahun 2018 mengingatkan bahwa kita tidak bisa sampai ke perubahan suhu 1.5°C atau keruntuhan ekosistem akan terjadi. Panas ekstrem akan terjadi di Amerika, Eropa, Asia Barat dan Tengah, hingga Afrika selatan. Produksi beberapa bahan makanan pokok diperkirakan akan menurun seperti Gandum, Nasi, dan Kedelai (yang berarti nasi padang kamu akan semakin mahal). IPCC juga menyebut dalam laporannya bahwa perubahan iklim akan meningkatkan resiko penyakit dan kematian, akibat lebih banyaknya gelombang panas dan kebakaran hutan, meningkatnya malnutrisi, dan hasil dari berkurangnya produktivitas pekerja dalam populasi yang rentan akan dampak perubahan iklim. Laporan yang sama memproyeksikan manusia akan sampai ke batas 1.5°C tersebut pada tahun 2030.

Mika Baumeister | Grist

Perubahan iklim akan membawa manusia ke social collapse. Dampak-dampak yang timbul dari krisis iklim tidak hanya merugikan manusia secara materi tetapi juga memperlebar jurang kesenjangan dan ketidaksetaraan serta akan memperbesar kemungkinan akan terjadinya konflik sosial. Beberapa contohnya adalah kebakaran hutan Australia di tahun 2019 akibat kemarau panjang yang menewaskan 1 juta hewan dan merugikan Australia sebesar $4.4 miliar, banjir di negara-negara bagian timur Afrika seperti Sudan, Kenya, Ethiopia, Afrika Selatan, Somalia dengan lebih dari 250 orang meninggal serta meningkatkan 12% food insecurity di kawasan tersebut. Di Indonesia sendiri, kita sudah melihat banjir Jabodetabek 2020 lantaran curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya dan menewaskan 16 korban jiwa dan memaksa 31.000 orang mengungsi, polusi udara Jakarta, kebakaran hutan Kalimantan khususnya Riau yang asapnya memasuki teritori Singapura, meningkatnya climate refugee, dan lain-lain.

©2020 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Oke, terus gimana negara-negara menghadapinya? (in ̶p̶o̶l̶i̶t̶i̶c̶a̶l̶ international terms…)

Dalam merespon terhadap perubahan iklim, pada tahun 1997, Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Framework Convention on Climate Change/ UNFCCC) memutuskan untuk mempercepat upaya untuk menstabilkan suhu bumi. Protokol Kyoto menjadi kesepakatan pertama yang diadopsi pada tahun 1997. UNFCC kemudian berganti nama menjadi Conference of the Parties (COP) dan COP21 dihadiri oleh 195 negara termasuk Indonesia pada tahun 2015 melahirkan Paris Agreement yang secara garis besar adalah sebuah perjanjian internasional tentang mitigasi, adaptasi dan keuangan perubahan iklim pada tahun 2015, pertemuan ini juga meminta negara-negara menghasilkan NDC (Nationally Determined Commitment) untuk menangani perubahan iklim di negaranya.

Pada 21 Oktober 2021, Badan intelijen OFFICE of the DIRECTOR of NATIONAL INTELLIGENCE (ODNI) milik Amerika Serikat merilis sebuah laporan berjudul “Climate Change and International Responses Increasing Challenges to US National Security Through 2040 | National Intelligence Estimates” yang berisi banyak hal menarik.

NIE. (https://www.dni.gov/index.php/newsroom/reports-publications/reports-publications-2021/item/2253-national-intelligence-estimate-on-climate-change)

ODNI menyebutkan bahwa perubahan iklim akan meningkatkan risiko keamanan nasional karena dampak fisik yang dapat dirasakan serta tensi geopolitik yang meningkat dalam merespon terhadap perubahan iklim. Beberapa key takeaway dari NIE adalah;

  1. tensi geopolitik akan meningkat akibat banyaknya jumlah emisi gas karbon di udara dan siapa yang akan bertanggung jawab untuk mengambil tindakan, negara-negara juga akan berebut akan sumber daya yang ada dan berlomba untuk mempersiapkan teknologi baru untuk transisi ke energi yang lebih bersih
  2. Melalui ‘pengamatan’ terhadap teknologi yang berkembang di negara-negara maju dan kebijakan yang telah diambil para pemerintahan, NIE menyebutkan bahwa target 1.5°C tidak akan tercapai lantaran negara-negara masih membutuhkan waktu untuk transisi dari energi berbahan dasar karbon ke energi yang ramah lingkungan
  3. Beberapa teknologi yang sedang dikembangkan yaitu; Direct Air Capture, dengan menyedot karbondioksida dari udara secara langsung, namun membutuhkan energi yang sangat besar untuk digunakan. Bioenergy with Carbon Capture & Storage, namun membutuhkan tempat untuk menampung karbondioksida
  4. China akan memiliki peran besar dalam menentukan trajektori peningkatan suhu lantaran kedua negara tersebut adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar dengan 30% global emisi berasal dari negara tersebut, merupakan hasil dari industrialisasi serta tempat penambangan bitcoin yang membutuhkan banyak energi batu bara.

Menanggapi informasi dari intelijennya, delegasi AS dan China melakukan negosiasi di COP26 yang menghasilkan Deklarasi Bersama dalam Penanganan Perubahan Iklim pada 17 April 2021.

U.S. Department of State (https://www.state.gov/u-s-china-joint-glasgow-declaration-on-enhancing-climate-action-in-the-2020s/)

Beberapa hal penting yang ada dalam deklarasi bersama tersebut adalah;

  • US dan China berkomitmen untuk secara efektif mengimplementasikan kebijakan perubahan iklim di negara masing-masing dan sadar akan urgensi yang diberikan oleh laporan IPCC pada 2021 tentang bahaya perubahan iklim
  • US dan China sadar akan adanya gap antara target yang ingin diraih dengan kebijakan yang terjadi di lapangan. Keduanya menyadari pentingnya mengecilkan gap tersebut dan siap untuk bekerja secara individu, kelompok/grup, dan dengan negara lain untuk mewujudkan bumi yang lebih hijau.

Pendekatan Game Theory

Game Theory adalah model matematika yang mempelajari interaksi antar aktor yang terlibat dalam sebuah peristiwa. Pada abad ke-21 game theory sendiri diaplikasikan pada banyak kausal perilaku dan menjadi istilah yang umum digunakan dalam logika pengambilan keputusan manusia, hewan, hingga komputer.

Pada tahun 1950, John Nash menciptakan konsep yang diformulasikan dalam bentuk matriks untuk memperkirakan outcome dari setiap strategi yang aktor ambil yang kemudian disebut sebagai Nash Equilibrium. Konsep ini kemudian diterapkan saat Krisis Nuklir Kuba 1962 pada perang dingin yang dipicu oleh Uni Soviet yang menempatkan peluncur misil nuklirnya di Kuba. Pada saat itu pilihannya bagi Amerika Serikat adalah memblokade pengiriman misi nuklir atau menyerang terlebih dahulu. Matriks Nash Equilibrium kemudian digunakan untuk memperkirakan outcome terbaik dari strategi masing-masing negara.

the game of chicken. (https://larvatus.livejournal.com/60630.html)

Untuk lebih mengerucutkan penelitian, pendekatan Coordination Game dipilih karena dirasa lebih cocok untuk digunakan dalam melihat kasus US-China.

Game Theory: Coordination Game

Pendekatan ini memiliki dua aktor(x, y) dengan dua strategi yang berbeda. Terdapat empat kemungkinan outcomes atau scenario dengan indikator yang berbeda pula. Angka 1 merupakan output terburuk bagi aktor dengan angka 4 sebagai output terbaiknya.

Game Theory COP26 Joint-Declaration US-China

Aktor yang akan digunakan adalah USA dan China sebagai (x, y)

Dua strategi yang dapat dilakukan kedua negara adalah sebagai berikut;
↑↑ means business as usual, with current GHG emission produced as baseline.
↓↓ means more enviromental-friendly policy has been passed and implemented, thus, lowering GHG emission produced.

1= hasil paling buruk
2= hasil kedua paling buruk
3= hasil kedua paling baik
4= hasil paling baik

Terdapat empat buah skenario kemungkinan yang muncul dari matrix diatas;

(i) USA↓↓ China ↓↓ (4,4): Kedua negara bersepakat untuk mengurangi gas emisi yang dihasilkan dan mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mempertegas komitmen dan aksi iklim mereka. Hal ini yang ditunjukkan melalui US-China Joint Glasgow Declaration.

(ii) USA↓↓ China ↑↑ (1,3): USA menurunkan gas emisi yang dihasilkan namun China melanjutkan dengan business as usual atau tidak mengambil perubahan apapun untuk menurunkan emisi gasnya. China diuntungkan karena dalam pelaksanaannya ada transisi dan adaptasi yang perlu dilakukan oleh Amerika Serikat meskipun mematahkan deklarasi yang telah diambil.

(iii) USA↑↑ China ↓↓ (3,1): China menurunkan gas emisi yang dihasilkan namun USA melanjutkan dengan business as usual atau tidak mengambil perubahan apapun untuk menurunkan emisi gasnya. USA diuntungkan karena dalam pelaksanaannya ada transisi dan adaptasi yang perlu dilakukan oleh China meskipun mematahkan deklarasi yang telah diambil.

(iv) USA↑↑ China↑↑ (1,1): Kedua negara melakukan business as usual dan tidak merubah apapun dalam kebijakan maupun aksi iklimnya. Produksi gas rumah kaca akan meningkat karena pertumbuhan penduduk. We’re on the brink of extinction.

p.s. tulisan di atas merupakan tulisan penulis untuk keperluan nilai. tulisan masih sangat terbuka untuk penelitian lebih lanjut.

Referensi

  1. Osborne, Martin J.; Rubinstein, Ariel (12 Jul 1994). A Course in Game Theory. Cambridge, MA: MIT. p. 14. ISBN 9780262150415.
  2. Kreps D.M. (1987) “Nash Equilibrium.” In: Palgrave Macmillan (eds) The New Palgrave Dictionary of Economics. Palgrave Macmillan, London.
  3. Climate Change: Global Temperature
    https://www.climate.gov/news-features/understanding-climate/climate-change-global-temperature
  4. Global Warming of 1.5 ºC. IPCC. 2018
    https://www.ipcc.ch/sr15/
  5. XR Presentation Deck — Our House is Literally On Fire
  6. National Intelligence Estimates on Climate Change — 21 October 2021 https://www.dni.gov/index.php/newsroom/reports-publications/reports-publications-2021/item/2253-national-intelligence-estimate-on-climate-change
  7. Holt, Roth, 2004. The Nash equilibrium: A perspective. PNAS.

--

--

Kanzia Rahman

To forgive the limitations of my own mind and to be thankful of how a world could be, I write.